KMI ( KULLIYATUL MU’ALLIMIN AL-ISLAMIYAH)
Jenjang
pendidikan yang ada di Pondok Modern Al-Ihsan Baleendah adalah KMI
(Kulliyatul Mu'allimin al-Islamiyah) 6 ( enam ) tahun, setingkat dengan
SLTP dan SLTA. KMI ini merupakan inti dari lembaga pendidikan Pondok
Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah, dan semua siswa KMI pesantren
Al-Ihsan Baleendah wajib tinggal di dalam asrama, tidak diperkenankan
pulang ke rumah masing-masing setiap hari.
Arti dari
Kulliyatul Mu'allimin al-Islamiyah adalah persemaian guru-guru Islam.
Lembaga KMI berusaha untuk mendidik para santri untuk menjadi guru Agama
Islam, dengan pembekalan memadai, yang diharapkan mereka setelah lulus
dari KMI dapat mengajar anak-anak tingkat SD dan SLTP dalam bidang
agama.
Dalam
rangka memenuhi kebutuhan para santri yang ingin melanjutkan studinya
ke jenjang yang lebih tinggi, dan supaya KMI memperoleh pengakuan dari
pemerintah secara legal formal, maka di akhir kelas 3 KMI, para santri
diikutsertakan dalam ujian hegara tingkat Tsanawiyah, dan di akhir kelas
6 KMI mereka diikutsertakan dalam ujian Negara tingkat Aliyah. Dengan
demikian, ketika para santri lulus dari kelas 6 KMI mereka memperoleh
tiga ijazah; yaitu ijazah KMI (swasta), ijazah Tsanawiyah (negeri), dan
ijazah Aliyah (negeri). Oleh karena itu, lulusan KMI pesantren Al-Ihsan
Baleendah dapat melanjutkan studinya ke berbagai perguruan tinggi negeri
dan swasta, baik di dalam maupun di luar negeri.
Kurikulum
KMI pondok modern Al-Ihsan Baleendah merupakan modifikasi dan syntese
dari beberapa kurikulum; yaitu kurikulum Departemen Pendidikan Nasional,
kurikulum Departemen Agama, dan kurikulum intern pesantren. Untuk
pelajaran umum; seperti matematika, fisika, kimia, biologi, sejarah,
ekonomi dan sebagainya, menggunakan kurikulum Depdiknas. Untuk pelajaran
agama, mengggunakan kurikulum Depag, kurikulum pondok modern Gontor,
dan kurikulum pesantren salaf (tradisional) yang memiliki ciri khas
dengan pengajian kitab-kitab Islam klasik (kitab kuning).
Para
santri selain belajar secara formal di kelas, juga dibekali dengan
berbagai ketrampilan, dan life skill yang diajarkan secara
ekstrakurikuler. Misalnya ketrampilan berorganisasi, komputerisasi,
teknologi informasi, kesenian, kemasyarakatan, dan sebagainya. Hal
dimaksudkan sebagai bekal para santri setelah menyelesaikan studinya
dari pesantren untuk kembali ke masyarakat, sehingga mereka mampu
berdikari dan tidak menggantungkan nasibnya kepada orang lain.