Pola Pembinaan

Pola pembinaan yang digunakan dalam proses pendidikan dan pembelajaran di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah terbagi menjadi dua macam. Pertama, pembinaan yang dilakukan kepada para santri pada saat jam belajar formal di dalam kelas, yaitu dari jam 07.00 - 14.30. Kedua, pembinaan yang dilakukan kepada para santri di luar jam belajar formal, yaitu dari jam 14.30 - 07.00 pagi. Pola pembinaan yang dilakukan di pesantren Al-Ihsan, baik  pada saat belajar formal maupun non-formal, seluruhnya berorientasi kepada kepentingan anak didik (student centered).

Pembinaan santri selama  proses bembelajaran formal di kelas ditangani oleh Direktur KMI beserta jajarannya; yaitu Wakil Direktur KMI, kepala SLTA dan wakilnya, kepala SLTP dan wakilnya, bagian pengajaran, Guru BP, dan seluruh staf pengajar. Pembinaan lebih mengutamakan pencegahan agar anak didik tidak melakukan berbagai palanggaran, daripada perbaikan setelah terjadinya pelanggaran yang mereka lakukan. Pola pembinaan ini menuntut kepala sekolah dan para guru proaktif terhadap peserta didik, agar pembinaan dapat mencapai ahasil yang maksimal.

Adapun pembinaan santri di luar jam belajar formal berada di bawah tanggung jawab bagian pengasuhan dan seluruh guru dalam (guru yang tinggal di asrama pesantren). Pembinaan ini waktunya lebih panjang, dan mekanismenya lebih rumit karena mencakup seluruh kehidupan santri, mulai dari keluar sekolah jam 13.30  sore sampai masuk kelas jam 07.00 pagi hari berikutnya.

Untuk memudahkan pembinaan para santri agar memperoleh hasil yang maksimal, maka pembinaan diklasifikasi menjadi beberapa katagori; antara lain pembinaan dalam shalat berjamaah, membaca Al-Qur'an, pengontrolan  belajar malam, pelajaran ekstrakurikuler, oleh raga, muhadharah, disiplin bahasa, disiplin keluar kampus,  dan displin kehidupan di dalam kampus. Pembinaan di setiap kategorisasi di atas dilakukan oleh para pembina yang terdiri dari para ustadz bagian pengasuhan santri, dan juga dibantu oleh pengurus organisasi santri, baik organisasi santri putra (OPPMAI), maupun organisasi santri putri (OP3MAI).

Unsur yang utama dalam pembinaan ini adalah uswah hasanah (tauladan yang baik) dari pembina. Para pembina, baik dari para ustadz maupun dari pengurus organisasi santri harus memberikan contoh yang baik kepada seluruh santri. Sebab seluruh kehidupan yang dilihat oleh santri, didengar dan dilakukan oleh mereka adalah pendidikan. Apabila yang dilihat dan didengar oleh santri adalah hal-hal yang baik, maka akan tertanam dalam diri mereka pendidikan yang baik pula. Akan tetapi sebaliknya, jika yang dilihat dan didengar oleh santri adalah kehidupan yang negatif, yang jelek-jelek, maka  akan tertanam dalam diri mereka hal-hal yang negatif pula. Dengan demikian, keberhasilan pendidikan para santri sangat tergantung kepada contoh dan tauladan yang diberikan oleh para ustadz dan pembina, yang akan memiliki dampak yang cukup besar dalam proses pembentukan kepribadian para santri.