PIMPINAN GONTOR KH. HASAN ABDULLAH BERI TAUSIYAH KEPESANTRENAN

TIMRED ALIHSAN, BALEENDAH-- KH. Hasan Abdullah Sahal pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo memberikan tausiyah kepesantrenan di hadapan seluruh santri dan guru-guru/asatid juga para alumni gontor dalam rangka mengisi acara puncak hari lahir pesantren Alihsan Baleendah, Selasa (31/10).
Beliau memberikan tausiyahnya
seakan berada di rumah sendiri dan seperti sedang berbicara antara bapak dengan
anaknya. Beliau juga menyampaikan bahwa forum yang dilaksnakan ini merupakan
forum internal antara kiayi dan santrinya, atau bapak ke anaknya. Kesempatan
ini tidak disia-siakan beliau untuk bersilaturahim kepada seluruh santri dan
pimpinan juga asatid yang hadir untuk menyampaikan nilai-nilai keislaman,
kehidupan, kemasyarakatan yang merupakan bekal kehidupan menurut ijtihad kiayi.
“Apa yang sampaikan ini adalah nilai-nilai pak kiayai kepada
santrinya, dan insyaallah semua itu adalah keislaman, keilmuan, kemasyarakat,
disampingnya itulah kehidupan, maka apa yang sampaikan ini adalah kehidupan
menurut ijtihad kiayi, pimpinan pondok, pendiri pondok kepada anak-anak pondok,” terangnya.
Beliau menyampaikan apa yang
telah pondok ijtihadkan dalam system pesantren seperti ketika dibangunkan jam
empat subuh, tidak bisa diintervensi oleh orang tua atau pihak eksternal lain,
yang menganggap system pondok merusak kesehatan santrinya dan tidak manusiawi,
beliau menyampaikan jika tidak mau mengikuti system pesantren silahkan mencari
yang lain.
“Bapakmu tidak boleh protes, ikatan dokter tidak boleh protes,
melaporkan ke DPR, MPR, Jaksa-jaksa dan lain-lain, very good very fine, kalo
tak mau ikut silahkan cari yang lain, karena buktinya anak-anak yang tidak
sesuai dengan aturan kedokteran, mereka lebih maju dan lebih sehat karena
langsung sumbernya dari Allah yaitu Al-Quran,” disambut dengan tepuk tangan hadirin dan gelak tawa menyambut
khas lulocon kiayi Hasan.
Gaya khas tausiyah beliau yang
mengapi-api dan jenaka membuat suasana di dalam aula menjadi bersemangat dalam
mengikuti terus tausiyah beliau hingga selesainya acara.
Bagi kiayi Hasan, orang tua yang
akan menitipkan anaknya ke pesantren harus seratus persen, juga anaknya yang
mondok harus mondok seratur persen, tidak boleh orang tuanya lima puluh persen
anaknya seratus persen atau kebalikannya.
“Bapak ibumu yang menitipkanmu di pondok ini harus menitipkan seratus
persen, menitipkan lahir dan batin dan percayakan kepada pondokk, termasuk
dirimu harus masuk pondok dengan seratus persen,” ucapnya.
Beliau juga membandingkan sistem pendidikan pesantren dengan sistem pendidikan di luar pesantren,
menurut beliau pesantrenlah tempat kesakralan itu hidup, dimana kesakralan atau
nilai-nilai kesucian kini sudah melebur di semua sektor, Kesakralan sekarang sudah tidak ada
lagi, maka menurut beliau pesantrenlah kesakralan kesucian itu bertahan.
“Pesantren tidak hanya mengajarkan keislaman dan keilmuan tapi mengajarkan
kehidupan, saat ini guru pada murid hilang sakralnya, anak pada bapaknya, pemimpin
pada rakyatnya, sudah hilang sakralnya, maka lihatlah di pesantren, nilai
kesakralan itu bertahan dan berkembang, karena nilai kesucian dan keihklasan
itu bisa didapatkan di pesantren, karena di luar desakralisasi berkembang namun
di pesantren adalah sakralisasi, yaitu kesucian dalam ibadah,” tegasnya.
Acara ini juga dihadiri oleh
banyak alumni dari Gontor, sebagai sarana temu kangen antar alumni sekalgus temu kangen dan silaturahmi kepada
kiayi hasan. Suasana bertambah hangat dengan kehadiran menteri agama jelang
ashar, dimana beliau juga merupakan salah satu alumni dari gontor. Layaknya
acara reuni alumni, harlah ini mengikat kembali ukhuwah alumni gontor untuk
saling sapa dan saling silaturahim kembali.
Red.
Ildhan